Senin, 05 April 2021

ISTANA (part 1)

 

      Bahrisia adalah sebuah negara luas yang terletak di antara Indonesia dan Malaysia. Negara yang sembilan puluh persen mayoritas penduduknya menganut agama islam itu dipimpin oleh seorang raja yang berkediaman di sebuah istana megah yang berada di tengah ibukota negara bernama Ashimah. Istana yang dihuni raja Bahrisia itu bernama Mudhisy, yang dibangun menggunakan arsitektur campuran antara budaya timur dan barat. Hampir menyamai keindahan dan kemewahan istana Taj Mahal di India. 

      Keistimewaan lain yang dimiliki Istana Mudhisy yaitu istana megah itu tidak berdiri kokoh sendirian di lingkungan kerajaan. Tetapi ditemani oleh beberapa istana kecil yang diperuntukkan oleh anak laki-laki dari raja yang memimpin saat itu. Anak laki-laki raja akan tinggal di istana kecil mulai dari umur 7 tahun hingga mereka dewasa dan dapat menentukan pilihan hidupnya sendiri. Sedangkan bagi anak perempuan raja, dia akan tinggal bersama raja dan ratu di istana Mudhisy. Namun apabila telah menikah, sang anak perempuan akan ikut dan tinggal di kediaman suaminya.

      Bahrisia merupakan negara yang cukup maju, terbukti semakin banyaknya pembangunan gedung bertingkat di pusat kota dan lalu lintas perekonomiannya yang juga pesat. Itulah mengapa perusahaan asing tanpa segan berinvestasi di negara yang mempunyai julukan ‘Negeri Santun’ itu. Selain itu, kekayaan alam yang dimiliki oleh Bahrisia juga sangat menjanjikan untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Hal yang lebih mengagumkan di Bahrisia bagi warga negaranya yang tidak mampu, pemerintah menyediakan bantuan kebutuhan hidup per bulannya. Meskipun begitu tidak lantas membuat rakyat Bahrisia menjadi pemalas semuanya. Masih banyak pekerja keras yang berupaya mencari lowongan pekerjaan untuk menyalurkan keahlian sekaligus memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka.

      Seorang gadis berambut hitam panjang tergerai, berkacamata sedang berdiri sendirian di Bus Stop[1]. Dengan wajah yang agak cemas sembari mendekap map abu-abu sewarna kemeja yang dikenakannya, dia celangak-celinguk menanti taksi yang tak kunjung lewat di depan mukanya. Kecemasannya semakin bertambah manakala dia menengok ke Casio yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

      “ MasyaAllah! Aku dah[2] terlambat,” desahnya.

      Dari kejauhan gadis itu melihat seorang pengendara sepeda motor yang sedang melaju dan sebentar lagi akan melintas di hadapannya.

      “ Stop! Stop!” teriak gadis itu seraya melambaikan tangan.

      Sang pengendara motor Tiger merah itu pun seketika berhenti di depannya. Karena terdesak oleh waktu, si gadis berkacamata langsung saja duduk di jok belakang motor tersebut tanpa permisi lagi kepada pemiliknya.

      “ Tuan, tolong hantar[3] saya ke Balai Istana[4]. Cepat! Cepat!” pinta si gadis sambil menepuk-nepuk pundak pengendara motor.

      Pengendara motor membuka helmnya yang mirip dengan pemain Moto GP. Alhasil setelah helm dibuka diketahui bahwa yang mengendari motor adalah seorang pemuda berkuncir. Pemuda itu menoleh ke belakang memandang dengan ekpresi yang tidak begitu bersahabat kepada gadis yang duduk di motornya.

“ Hai Nona! You tak [5]sopan sangat. Naik motorku tak izin dahulu,” tegur pemuda itu agak keras.

“ Tolonglah, Tuan. Hari ni[6] saya da[7] interview tuk[8] bisa kerja di istana. Dari tadi saya menunggu taksi, but[9] tak datang-datang. Pabila[10] tak on time, saya tak bisa kerja di istana. Tolonglah, Tuan. Hantar saya. Moga pabila Tuan sudi menolong, Allah ta’ala kan rahmatkan,” kata gadis itu memelas.

Di tengah kebisingan kendaraan yang berlalu lalang, pemuda itu berpikir-pikir. Dia menengok sekali lagi wajah gadis berkacamata yang masih setia nangkring di jok motornya. Melihat wajah yang sedang dirundung kecemasan dan ketakutan yang luar biasa, akhirnya hati pemuda itu iba juga. Helm dipakainya lagi dan seketika itu juga dia langsung menancapkan gas motornya. Lega  perasaan si gadis saat kedua roda motor berputar menjauhi Bus Stop.

Cukup lama melaju, akhirnya Tiger merah menepi tepat di depan pagar Balai Istana. Ternyata di sana telah ramai oleh orang-orang yang ingin mengikuti seleksi penerimaan pekerja sementara istana[11] yang baru untuk menggantikan pekerja sementara istana yang lama.

“ Thank you, Tuan,” ucap gadis berkacamata setelah turun dari motor.

Pemuda yang menyembunyikan wajahnya di balik helm itu tidak terlalu menanggapi perkataan gadis yang sudah ditolongnya. Dia berlalu begitu saja tanpa ada iming-iming kalimat perpisahan. Gadis berkacamata juga tidak mau ambil pusing akan sikap pemuda yang kelihatannya tidak ramah itu. Dia segera masuk ke lingkungan Balai Istana dan ikut bergabung dengan pelamar-pelamar lain yang sudah lebih dulu tiba darinya.

 



[1] Halte untuk menunggu bus atau taksi

[2] Sudah

[3] Antar

[4] Tempat rakyat melakukan urusan yang berkaitan dengan istana. Khususnya tempat administrasi bagi rakyat Bahrisia untuk bisa bekerja di istana.

[5] Tidak

[6] Ini

[7] Ada

[8] Untuk

[9] Tapi

[10] Jika/Apabila

[11] Pekerja Istana yang masa kerjanya kurang dari lima tahun

Cari Blog Ini